Minggu, 20 April 2014

What will You do after graduate from Gunadarma University?


What will I do after graduate from Gunadarma University? Many plans that I want when I had graduated. 

The first thing that I will do after graduate is find a job. My goal is work at the Bank of Indonesia. But, I am reliaze if I work at Bank of Indonesia  I don’t have enough experience to work at there. So I plan to work in commercial bank first.
I also want to work in government companies  such as PLN, BPK, OJK, Perum Peruri, etc..

After I get the job, I will save part of my income and hoping that in two years I can dispatch my parents to Hajj or Umrah. Amin.

The second thing that I will do, of course to always to be the better person, and also to be useful to people around who need help.
Enjoying the earning from the work, it would be nice.  I can buy everything that I want and hang out with friends to wonderful places. After I had pleasure with myself and people around me. I want the thing that is certainly desired by every women on the world. That is married with the man that I love, I want to have a family with two child. After I had children, I want to be housewife and have my own business. Furthermore, i will travelling to many places that i never come before with the person who I love in my life, Its name family.

Why English is Important to Your Major?

Why English is important to my major? I think English is not only important to my major, but for a lot of things. Anyway, this time I am student of Gunadarma University majoring in accounting.

English is a universal languages. English is the basic for communicate with other people in the world. In the other words, English is the language that we should have when we want to talk with other people who comes from another country.

Back to the topic, why English is important to my major? My major is accounting. And why English is important to accounting? Accounting is the science that ultimately will produce output in the form of financial statements. Either in the form of balance sheet,  income statement and cash flow, etc..

In this era, the use of account in the accounting outline has been using English. In this case, it is clear why English is important, because to draw up a financial statement, the accountant must get the better of English, at least we know the meaning of account that is available in company.

So many advantage  if we are capable in English, not only in accounting majoring of course. When we find a job after graduation, mastery of English will be value added to ourselves for the assessment of a company's employees will be recruited.

The conclusion, why English is important to my major? Because English is the basic language that must be capable by an accountant, at least we know the meaning of account in English, to understand financial statements. And of course mastery of English by an accountant will be value added for ourselves in the world of work.

Selasa, 28 Januari 2014

Panggil Saya, Astri

           Nama panjang saya adalah Agustin Tri Astuti, namun nama panggilan saya sejak kecil adalah Astri. Kenapa Astri? Saya pun kurang mengetahui alasannya. Yang jelas, saya sadar sejak kecil saya dipanggil Astri, mulai dari teman sepermainan di lingkungan rumah, maupun di sekolah sejak taman kanak-kanak semua teman-teman saya memanggil saya dengan nama panggilan Astri. Dan mungkin baru bisa dibilang sejak SD lah saya baru sadar kalau nama panjang saya adalah Agustin Tri Astuti, karena beberapa guru disekolah dasar ada yang memanggil saya dengan nama Agustin, dan hanya guru-guru yang bisa dibilang dekat saja yang memanggil saya Astri. Mungkin bukanlah masalah yang terlalu serius mengenai siapa nama panggilan saya hehe, namun yang jelas saya akan lebih nyaman apabila teman saya memanggil saya dengan Astri, ya mungkin karena nama panggilan itulah yang menjadi nama panggilan saya sejak kecil dan juga terdengar lebih akrab di telinga saya.

            Saya adalah perempuan muslim yang dilahirkan di Jakarta tepatnya di Pasar Rebo, Jakarta timur,  pada tanggal 27 bulan Agustus di tahun 1993. Namun, hanya dilahirkan di Jakarta tapi tak lama sejak dilahirkan keluarga saya tinggal menetap sampai sekarang di Depok. Saya dilahirkan atas izin Allah SWT melalui rezeki yang dititipkan kepada pasangan Harsono dan Hasanah, sepintas terdengar nama yang hampir mirip, tapi itulah nama ayah dan ibu saya yang tercinta. Saya adalah anak bungsu dari dua orang saudara yang saya miliki. Kakak yang pertama adalah laki-laki dan kakak saya yang kedua adalah seorang perempuan. Mereka bernama M. Hery dan Dwi Apriyani. Diantara saudara kandung saya, hanya saya yang belum menikah, dalam kata lain kedua kakak saya sudah menikah. Dan tentunya pula saat ini saya memiliki dua orang kakak ipar yang bernama Fitria Christine Natalia dan Ilham Purnama Lubis.

            Kalau berbicara tentang diri sendiri, jujur saya bukanlah orang yang pandai menulis suatu tulisan. Walaupun sebetulnya di pikiran saya banyak cerita yang ingin saya tuangkan, namun dengan keterbatasan itulah mungkin tulisan ini jadi tidak selengkap apa yang saya pikirkan hehe.

            Sejak lahir sampai saat ini saya bertempat tinggal di salah satu kota yang berada pada provinsi Jawa Barat yaitu Depok. Tepatnya di Jalan Raya Ciherang RT 003 RW 006 No. 46 Kelurahan Sukatani Kecamatan Tapos. Dan sejak Taman Kanak-kanak sampai perguruan tinggi pun juga saya tetap bersekolah yang berlokasi di Depok. Mulai dari TK, saya bersekolah di TK Almuhajirin yang lokasinya sangat dekat dari rumah saya. Saat SD, saya bersekolah di SDN Sukatani 6 yang lokasinya juga dekat dari rumah saya. Dan bersekolah SMP dan SMA di SMPN 11 Depok dan SMAN 4 Depok yang lokasinya bersebelahan di suatu komplek di Sukatani yang juga dekat dari rumah saya. Dan saat ini saya sedang menempuh pendidikan perguruan tinggi yang tidak lain dan tidak bukan juga berlokasi di Depok yaitu Universitas Gunadarma, Depok.

            Seperti yang sudah dibilang, saat ini saya sedang berkuliah di Universitas Gunadarma, saya kuliah di Fakultas Ekonomi, jurusan Akuntansi jenjang S1. Dan pada saat menulis tulisan ini saya sedang berada di tingkat 3 tepatnya semester 5. Jujur, jurusan Akuntasi bukanlah jurusan yang sejalan dengan apa yang saya pelajari di SMA, karena ketika SMA, saya belajar di jurusan IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) yang jelas bertentangan dengan ilmu Akuntansi yang dipelajari pada jurusan IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial). Mungkin bisa dibilang saya salah jurusan hehe, namun saya juga tidak terlalu mengerti kenapa pada akhirnya saya malah memilih Akuntansi. Yang jelas saat ini saya bercita-cita ingin tetap bergelut di dunia Akuntansi, entah nanti menjadi pegawai di salah satu Bank atau di Perusahaan Swasta. Namun, harapan yang besar adalah kelak saya ingin sekali bekerja pada salah satu instansi milik Pemerintah.


            Selanjutnya mari, saya akan sedikit membahas ‘Saya orang yang seperti apa?’ seperti apakah saya? Mungkin sebetulnya pertanyaan ini bukanlah  hal yang menjadi kapasitas saya untuk menjelaskan bagaimanakah sifat saya sendiri, karena jelas harusnya orang lain lah yang justru bisa menilai saya adalah orang yang seperti apa. Pernah suatu hari lalu saya bertemu dengan seorang kaka kelas satu Universitas, namun Ia sudah lulus kuliahnya di jurusan Psikologi. Singkat kata, pada saat itu saya dan keempat teman saya dibaca olehnya tentang bagaimanakah sifat kita melalui guratan dari satu paragraf tulisan yang kita tuliskan sendiri. Dengan ilmu psikologi yang Ia miliki dan setelah Ia lihat tulisan saya, katanya saya adalah orang yang memiliki keyakinan yang kuat, orang yang cukup sabar, orang yang ingin didengarkan orang lain apabila saya sedang berbicara, dan orang yang cukup tertutup dalam arti kata saya akan dapat bercerita masalah yang saya anggap pribadi hanya kepada beberapa orang saja yang tentunya saya percaya untuk mendengarkan cerita saya. Ia juga mengatakan bahwa saya adalah perempuan yang dalam suatu waktu bisa berpenampilan feminim sekali, disamping saya lebih sering berpenampilan apa adanya setiap harinya dikampus, apalagi jarang sekali memakai riasan wajah bahkan hampir tidak pernah kalau ke kampus hehe. Hampir yang dibilang kaka kelas saya itu benar adanya, mungkin itu adalah sebagian sifat yang saya miliki, tapi baru sebagian loh yaaaa… hee 

Selasa, 19 November 2013

Narkoba di Indonesia



Narkoba bukanlah barang asing ditengah masyrakat global saat ini, dari tingkatan dan kalangan manapun. Bahkan semenjak SD sudah banyak pengenalan terhadap barang satu ini. 

Narkoba sendiri awalnya dikenal dari  sari bunga opium atau kemudian dikenal opium (candu=papavor somniferium) Bunga ini tumbuh subur di daerah dataran tinggi yang ketinggiannya diatas 500 meter di atas permukaan laut . Penyebaran selanjutnya adalah ke arah India ,China dan wilayah-wilayah Asia lainnya termasuk Indonesia.

Setelah dikembangan oleh para ahli opium sendiri diolah lebih lanjut hingga menjadi morphin, heroin dll. Awalnya morphin dan heroin sendiri digunakan hanya untuk sebagai obat penghilang rasa sakit dan dengan dosis yang dibatasi tentunya.

Di Indonesia sendiri, diakhir tahun 70-an ketika tingkat tekanan hidup manusia semakin meningkat serta teknologi mendukung maka diberilah campuran-campuran khusus agar candu tersebut dapat juga dalam bentuk obat-obatan. Namun, awal mulanya narkoba adalah persoalan kecil dan pemerintah ORBA, karena melihat dasar Indonesia yang memegang Pancasila dan Agamis.

 Narkoba (Narkotika dan obat/bahan berbahaya) sendiri merupakan kumpulan dari zat-zat yang sangat berbahaya bagi tubuh kita dalam takaran yang lebih dari standarnya. Menurut UU No. 35 tahun 2009 Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Beberapa yang termasuk golongan narkotika seperti tanaman papaver, morfina, kokaina dan tanaman ganja, dll.

Dampak yang akan dialami dari penggunaan narkoba yang berlebihan adalah diantaranya rasanya gembira yang terus-menerus, merasa selalu energik, mata sayu, muka pucat, berkeringat banyak, tidak bisa diam/over acting, tidak bisa tidur, dan yang pasti akan selalu merasa kurang dan tidak percaya diri jika tidak mengkonsumsi barang haram tersebut atau dengan kata lain kecanduan.

 Setelah kita mengetahui sedikit ulasan tentang narkoba dan berbagai dampaknya, sekarang mari kita bahas tentang peredaran dan masalah yang ditimbulkan oleh narkoba di Indonesia.

Dalam kurun waktu 30 tahun angka pengguna Narkoba naik pesat, meningkat 1,9 persen dari jumlah penduduk dan diperkirakan sebanyak 51.000 orang pecandu narkoba di Indonesia meninggal setiap tahun (data tahun 2012). Profesinya pun bervariasi mulai dari pelajar, mahasiswa, orang tua, pekerja, pejabat Negara, anggota DPR, dan berita terbaru belakangan ini lebih mencengangkan lagi karena para aparat hukum pun terlibat dan terbukti menjadi pemakai narkoba. Sungguh ironis, karena aparat hukum yang harusnya menegakkan hukum yang berlaku dan ikut turut serta dalam membasmi peredaran narkoba justru malah terbukti menggunakan barang haram tersebut. Dengan tegas sudah diatur dalam undang-undang tentang hukuman pidana bagi pengguna maupun pengedar narkoba, namun mengapa seolah peraturan tersebut tidak cukup tegas untuk membuat para pemakai dan pengedar narkoba takut? Aparat hukumnya saja terbukti memakai narkoba, lantas bagaimana nasib generasi Bangsa Indonesia kelak?

Kini, kasus narkoba bukanlah masalah yang dianggap sebelah mata lagi, karena ini menyangkut nasib generasi bangsa. Pemakaian narkoba pun bukan hanya dilarang keras oleh hukum, namun juga dalam agama yang masing-masing kita anuti karena sifat dari narkoba sendiri yang merugikan dan sungguh merusak bagi diri kita,

Untuk mengani masalah narkoba, bukanlah hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, BNN (Badan Narkotika Nasional) ataupun aparat hukum saja. Masalah ini menjadi tanggung jawab kita semua sebagai warga Negara Indonesia yang cinta kepada tanah air. Menurut saya dalam menangani masalah ini, tidaklah cukup sekedar penyuluhan-penyulahan ke berbagai jenjang pendidikan atau kantor-kantor tentang bahaya narkoba. Penanaman iman yang baik harus ditanamkan kepada anak sedini mungkin, dengan iman yang baik pastinya seseorang akan merasa takut kepada Tuhan, dan takut untuk melanggar perintah-Nya. Selain itu, harus lebih ditegakkan lagi undang-undang mengenai hukuman bagi pengedar maupun pengguna narkoba, dan bagi para aparat hukum, hukumannya harus lebih berat dari pada masyarakat biasa, setidaknya dengan hukuman yang lebih berat, diharapkan akan lebih membuat para aparat hukum tidak mau berkenalan dengan barang haram tersebut.