Selasa, 29 Oktober 2013

Pernalaran Deduktif


Pernalaran berasal dari kata dasar “nalar” yang berarti masuk akal atau logis. Pernalaran adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) dengan menghubung-hubungkan bukti, fakta atau petunjuk yang kemudian akan menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian untuk menuju suatu kesimpulan.

Premis : Kalimat logika atau pernyataan yang terdiri dari subjek dan predikat yang akan menghasilkan suatu simpulan.
Term     :  Kata atau kelompok kata yang bisa berfungsi sebagai subjek atau predikat.

Contoh :                                 
 Premis =    Semua mamalia itu  melahirkan
                                  S                       P

 Term   =     S + P
Pernalaran dibagi menjadi 2 menjadi Pernalaran Deduktif dan Pernalaran Induktif, namun pada tulisan kali ini, saya hanya akan menguraikan tentang Pernalaran Deduktif saja.

Penalaran deduktif adalah suatu penalaran yang menghubung-hubungkan dan berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenaran datanya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu simpulan yang bersifat lebih khusus
Contoh :
Premis Mayor (Umum)           : Semua makhluk hidup adalah ciptaan Tuhan
Premis Minor (Khusus)           : Manusia adalah makhluk hidup
Simpulan                                 : Manusia adalah ciptaan Tuhan

Penalaran Deduktif ada 2, Silogisme dan Entimen :
  1. Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposi (pernyataan) dan sebuah konklusi (simpulan). 
Silogisme sendiri dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :
a)      Kategorial
Silogisme kategorial adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan kategorial. Premis yang mengandung predikat dalam simpulan disebut premis mayor, sedangkan premis yang mengandung subjek dalam simpulan disebut premis minor. 
Contoh :
Premis Mayor        : Semua siswa SDN Kebangsaan memiliki buku
Premis Minor         : Fajar tidak memiliki buku
Simpulan               : Fajar bukan siswa SDN Kebangsaan

b)      Hipotesis
Silogisme Hipotesis adalah jenis silogisme yang terdiri atas premis mayor yang bersifat hipotesis ,dan premis minornya bersifat katagorial.
Silogisme Hipotesis ini dapat dibedakan menjadi 4 macam , yaiu :
·         Silogisme hipotesis yang premis minornya mengakui bagian antecedent.
Contoh :
Premis Mayor        : Jika hari ini hujan badai , saya tidak pergi kuliah
Premis Minor         : Hari ini hujan badai
Simpulan               : Maka saya tidak pergi kuliah
·         Silogisme hipotesis yang premis minornya mengakui bagian konsekuen.
Contoh :
Premis Mayor    : Jika hari ini demo buruh terjadi pada beberapa wilayah di Jakarta, maka akan terjadi kemacetan yang lebih parah di Jakarta
Premis Minor         : Hari ini demo buruh
Simpulan               : Maka akan terjadi kemacetan yang lebih parah di Jakarta
·         Silogisme hipotesis yang premis minornya mengingkari antecedent
Contoh :
Premis Mayor        : Jika pembuatan PI tidak dipikirkan dari sekarang, maka hasil tidak akan maksimal
Premis Minor         :pembuatan PI telah di persiapkan
Simpulan               : maka hasil akan maksimal
·         Silogisme hipotesis yang premis minornya mengingkari konsekuen
Contoh :
Premis Mayor        : Bila anggota DPR keluar, para demonstran akan turun ke jalan
Premis Minor        : Para demonstran akan turun ke jalan
Simpulan               : Jadi anggota DPR tidak keluar
c)      Disjungtif
Silogisme disjungtif adalah silogisme yang premis mayornya merupakan keputusan disjungtif sedangkan premis minornya bersifat kategorik yang mengakui atau mengingkari salah satu alternatif yang disebut oleh premis mayor.
Contoh :
Premis Mayor        : Fikri tidur atau belajar
Premis Minor         : Fikri belajar
Simpulan               : Fikri tidak tidur


  1. Entimen
Entimen adalah silogisme yang dipersingkat. Disaat tertentu orang ingin mengemukakan sesuatu hal secara praktis dan tepat sasaran. Bentuk semacam ini dinamakan entimen.
Contoh :
Premis Mayor  : Jika Sinta tidak mau belajar, Sinta akan dimarahi Ibunya
Premis Minor   : Sinta mau belajar
Simpulan         : Sinta tidak dimarahi Ibunya
Entimem          : Sinta tidak dimarahi Ibunya karena Sinta mau belajar

Referensi :