Perekonomian di
Indonesia
Pada
saat ini Indonesia diprediksi hanya mampu merealisasi angka pertumbuhan ekonomi
sebesar 6% pada tahun ini. Angka tersebut jauh dibawah target pertumbuhan
ekonomi yang diajukan dalam RAPBN 2012 sebesar 6,5%.
“Kami
memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 6%, lebih rendah dari
target Pemerintah Indonesia 6,5%. Kami menilai target 6,5% itu agak sedikit
Optimistis,” kata Executive Director, Senior
Economist Asean Research UBS Edward Teather, di Jakarta, Selasa (6/3) pada
redaksi koran Investor Daily. Namun, kondisi perekonomian nasional dinilai
masih cukup kuat di kawasan regional. Menurut Edward, target pertumbuhan
ekonomi sebesar 6% juga relatif tinggi di tengah gejolak ekonomi global yang
berkepanjangan saat ini.
“Memang
akan ada sedikit perlambatan ekonomi secara global, tapi kami pikir masih cukup
positif bagi Indonesia,” papar Edward. Dan Edward juga menuturkan, pengaruh
negative dari krisis global terhadap Indonesia sudah terlihat dari sisi ekspor
yang menurun dalam beberapa bulan terakhir. Kinerja ekspor RI sedikit melemah,
karena kondisi eksternal yang mengalami pelemahan pertumbuhan ekonomi.
Sekarang
ini, perekonomian di Indonesia sedang digencarkan oleh rencana pemerintah untuk
menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis premium dan solar sebesar
Rp.1500 per liter dalam Rancangan APBN Perubahan 2012. Kenaikan tersebut hanya
menghemat subsidi Rp. 41 triliun. Dengan asumsi harga minyak mentah nasional
(ICP) US$ 105 per barel dan konsumsi 40,3 juta kiloliter beban subsidi BBM
setelah kenaikan harga masih sebesar 137,4 triliun. Tanpa ada kenaikan, subsidi
BBM mencapai Rp 178 triliun.
Dikarenakan hal diatas yakni rencana
pemerintah mengurangi subsidi bahan bakar minyak dengan menaikan harga bensin
dan solar akan ditanggapi Bank Indonesia dengan langkah strategis menjaga
inflasi. Langkah strategis itu dapat berupa penaikan atau penurunan suku bunga
acuan. Dalam hal ini, Edward Teather juga memprediksi, BI akan menaikan suku
bunga acuan (BI Rate). “Selain BI Rate, alternative lain untuk menjaga inflasi
adalah meningkatkan giro wajib minimum,” kata Edward yang dilansir pada Koran
Kompas edisi Rabu, 7 Maret 2012.
Rencana kenaikan BBM mendapat
penolakan keras bagi masyarakat Indonesia, khususnya rakyat miskin atau kurang
mampu. Mereka sangat merasa keberatan dengan rencana pemerintah ini karena
dengan naiknya harga BBM tentu saja akan membuat banyak harga bahan-bahan pokok
ikut naik. Dan sangat dikhawatirkan akan makin banyak warga yang tidak mampu untuk
membeli bahan makanan pokok untuk mereka makan, hal itu pun dapat meningkatkan
angka kriminalitas khususnya di daerah ibu kota Jakarta.
Dilihat dari sisi lainnya, kenaikan
bahan bakar minyak juga memberatkan para nelayan Indonesia, hal ini akan
membawa dua dampak langsung kepada nelayan. Pertama, mereka harus membeli solar
dengan harga lebih mahal. Harga jual solar untuk nelayan belum ditentukan.
Namaun kemungkinan naik dari Rp 4.500 menjadi Rp 6.000 per liter. Kedua, akses
nelayan terhadap BBM subsidi dikurangi, yakni hanya untuk kapal nelayan dengan
bobot mati maksimal 30 ton (GT). Di Indonesia, total nelayan mencapai 2,7 juta
jiwa dengan jumlaj kapal 590.000 unit. Sebanyak 99,4 persen atau 586.000 kapal
berbobot mati dibawah 30 GT . Meskipun jumlah nelayan dengan kapal diatas 30 GT
hanya 0,6 persen, hal itu dapat mempekerjakan puluhan ribu buruh nelayan.
Tarif angkutan barang diperkirakan
akan naik sekitar 30 persen bila kenaikan harga bahan bakar minyak
diberlakukan. Kenaikan juga akibat kemacetan yang makin parah. Ketua Departemen
Moda Angkutan Barang dari organisasi Pengusaha Nasional Angkutan Bermotor di
Jalan (Organda) Andre Silalahi di Jakarta, Selasa (6/3), mengatakan, dipicu
kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), tarif angkutan barang naik sekitar
25-30 persen. “Dengan porsi BBM sebesar 35-45 persen dari biaya operasional,
diperparah kemacetan yang mengakibatkan waktu operasional lebih lama, maka
biaya pengangkutannya menjadi lebih tinggi,” katanya.
Beralih dari masalah kenaikan BBM,
Pemanfaatan bidang perikanan budidaya di Indonesia dinilai minim. Potensi
perikanan budidaya di Indonesia pun terbesar di Asia Tenggara dengan luas lahan
15,59 juta hektar, tetapi disayangkan karena pemanfaatannya belum optimal. Hal
itu dikemukakan Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo, di
Bandung, Selasa (6/3). Negara Indonesia merupakan Negara maritime dan disatukan
oleh lautan, harusnya pemerintah dapat lebih mengoptimalkan dalam memanfaatkan
dari sektor ini, setidaknya hal ini juga dapat membantu meningkatkan
perekonomian masyarakat di sekitar laut atau dapat pula meningkatkan taraf
hidup para nelayan Indonesia.
Terimakasih
kepada penerbit Koran Kompas dan Investor Daily dan Bapak atau Ibu narasumber yang
telah Saya kutip kata-katanya dalam membantu saya menyelesaikan Portofolio ini.
Referensi :
Koran Kompas edisi Rabu, 7 Maret 2012
Koran Investor Daily edisi Rabu, 7 Maret
2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar