Sabtu, 10 Maret 2012

Perekonomian di Indonesia


Perekonomian di Indonesia

Pada saat ini Indonesia diprediksi hanya mampu merealisasi angka pertumbuhan ekonomi sebesar 6% pada tahun ini. Angka tersebut jauh dibawah target pertumbuhan ekonomi yang diajukan dalam RAPBN 2012 sebesar 6,5%.
“Kami memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 6%, lebih rendah dari target Pemerintah Indonesia 6,5%. Kami menilai target 6,5% itu agak sedikit Optimistis,” kata Executive Director, Senior Economist Asean Research UBS Edward Teather, di Jakarta, Selasa (6/3) pada redaksi koran Investor Daily. Namun, kondisi perekonomian nasional dinilai masih cukup kuat di kawasan regional. Menurut Edward, target pertumbuhan ekonomi sebesar 6% juga relatif tinggi di tengah gejolak ekonomi global yang berkepanjangan saat ini.
“Memang akan ada sedikit perlambatan ekonomi secara global, tapi kami pikir masih cukup positif bagi Indonesia,” papar Edward. Dan Edward juga menuturkan, pengaruh negative dari krisis global terhadap Indonesia sudah terlihat dari sisi ekspor yang menurun dalam beberapa bulan terakhir. Kinerja ekspor RI sedikit melemah, karena kondisi eksternal yang mengalami pelemahan pertumbuhan ekonomi.
Sekarang ini, perekonomian di Indonesia sedang digencarkan oleh rencana pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis premium dan solar sebesar Rp.1500 per liter dalam Rancangan APBN Perubahan 2012. Kenaikan tersebut hanya menghemat subsidi Rp. 41 triliun. Dengan asumsi harga minyak mentah nasional (ICP) US$ 105 per barel dan konsumsi 40,3 juta kiloliter beban subsidi BBM setelah kenaikan harga masih sebesar 137,4 triliun. Tanpa ada kenaikan, subsidi BBM mencapai Rp 178 triliun.
            Dikarenakan hal diatas yakni rencana pemerintah mengurangi subsidi bahan bakar minyak dengan menaikan harga bensin dan solar akan ditanggapi Bank Indonesia dengan langkah strategis menjaga inflasi. Langkah strategis itu dapat berupa penaikan atau penurunan suku bunga acuan. Dalam hal ini, Edward Teather juga memprediksi, BI akan menaikan suku bunga acuan (BI Rate). “Selain BI Rate, alternative lain untuk menjaga inflasi adalah meningkatkan giro wajib minimum,” kata Edward yang dilansir pada Koran Kompas edisi Rabu, 7  Maret 2012.
            Rencana kenaikan BBM mendapat penolakan keras bagi masyarakat Indonesia, khususnya rakyat miskin atau kurang mampu. Mereka sangat merasa keberatan dengan rencana pemerintah ini karena dengan naiknya harga BBM tentu saja akan membuat banyak harga bahan-bahan pokok ikut naik. Dan sangat dikhawatirkan akan makin banyak warga yang tidak mampu untuk membeli bahan makanan pokok untuk mereka makan, hal itu pun dapat meningkatkan angka kriminalitas khususnya di daerah ibu kota Jakarta.
            Dilihat dari sisi lainnya, kenaikan bahan bakar minyak juga memberatkan para nelayan Indonesia, hal ini akan membawa dua dampak langsung kepada nelayan. Pertama, mereka harus membeli solar dengan harga lebih mahal. Harga jual solar untuk nelayan belum ditentukan. Namaun kemungkinan naik dari Rp 4.500 menjadi Rp 6.000 per liter. Kedua, akses nelayan terhadap BBM subsidi dikurangi, yakni hanya untuk kapal nelayan dengan bobot mati maksimal 30 ton (GT). Di Indonesia, total nelayan mencapai 2,7 juta jiwa dengan jumlaj kapal 590.000 unit. Sebanyak 99,4 persen atau 586.000 kapal berbobot mati dibawah 30 GT . Meskipun jumlah nelayan dengan kapal diatas 30 GT hanya 0,6 persen, hal itu dapat mempekerjakan puluhan ribu buruh nelayan.
            Tarif angkutan barang diperkirakan akan naik sekitar 30 persen bila kenaikan harga bahan bakar minyak diberlakukan. Kenaikan juga akibat kemacetan yang makin parah. Ketua Departemen Moda Angkutan Barang dari organisasi Pengusaha Nasional Angkutan Bermotor di Jalan (Organda) Andre Silalahi di Jakarta, Selasa (6/3), mengatakan, dipicu kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), tarif angkutan barang naik sekitar 25-30 persen. “Dengan porsi BBM sebesar 35-45 persen dari biaya operasional, diperparah kemacetan yang mengakibatkan waktu operasional lebih lama, maka biaya pengangkutannya menjadi lebih tinggi,” katanya.
            Beralih dari masalah kenaikan BBM, Pemanfaatan bidang perikanan budidaya di Indonesia dinilai minim. Potensi perikanan budidaya di Indonesia pun terbesar di Asia Tenggara dengan luas lahan 15,59 juta hektar, tetapi disayangkan karena pemanfaatannya belum optimal. Hal itu dikemukakan Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo, di Bandung, Selasa (6/3). Negara Indonesia merupakan Negara maritime dan disatukan oleh lautan, harusnya pemerintah dapat lebih mengoptimalkan dalam memanfaatkan dari sektor ini, setidaknya hal ini juga dapat membantu meningkatkan perekonomian masyarakat di sekitar laut atau dapat pula meningkatkan taraf hidup para nelayan Indonesia.

Terimakasih kepada penerbit Koran Kompas dan Investor Daily dan Bapak atau Ibu narasumber yang telah Saya kutip kata-katanya dalam membantu saya menyelesaikan Portofolio ini.

Referensi         :

Koran Kompas edisi Rabu, 7 Maret 2012
Koran Investor Daily edisi Rabu, 7 Maret 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar